Uncategorized

Geopark Karangsambung-Karangbolong

Geopark Karangsambung-Karangbolong, Dasar Terbentuknya Pulau Jawa

Geopark Karangsambung-Karangbolong
Kebumen mungkin tak sepopuler kota atau kabupaten lain di Jawa Tengah seperti Magelang atau Semarang, apalagi jika dilihat dari segi objek dan destinasi wisata. Padahal, wilayah satu ini menjadi lokasi dari situs Geopark yang kaya akan bukti histori peristiwa geologi di masa lampau, lewat keberadaan kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong.

Geopark Karangsambung-Karangbolong memiliki cakupan luas sekitar 543 kilometer persegi, yang berada di desa dan kecamatan dengan nama yang sama. Berdasarkan hasil penelitian bertahun-tahun, kawasan ini diyakini merupakan titik tempat terbentuknya pulau Jawa di masa lampau.

Lebih detail, pembentukan yang dimaksud terjadi berupa bersatunya batuan-batuan dasar samudra yang bercampur dengan batuan-batuan tepi benua. Proses tersebut dijelaskan sebagai hasil dari tumbukan lempeng Samudra Hindia Australia dengan lempeng Eurasia.

Kemudian, tumbukan antar lempeng di atas membuat batuan induk yang berada di dasar sicbo online live samudra menjadi terangkat, dan tersingkap dalam kurun waktu jutaan tahun lamanya sehingga muncul sebagai Pulau Jawa yang saat ini ditinggali.

Mengutip laman Pemprov Jateng, karena karakteristik yang dimiliki tak heran jika Geopark Karangsambung-Karangbolong menjadi kawasan Geopark yang kaya akan situs geologi. Tercatat jika Geopark ini memiliki sebanyak 59 situs utama yang terdiri 41 situs geologi, 8 situs biologi dan 10 situs budaya yang banyak menjadi destinasi tujuan para wisatawan penjelajah.

Lebih lanjut, berikut beberapa situs geologi yang menjadi primadona dan banyak diminati di Geopark Karangsambung.

Watu Kelir

Objek Watu Kelir jadi salah satu contoh geosite unik yang hanya ada di Geopark Karangsambung-Karangbolong, dan tidak ada di geopark lainnya. Di kawasan ini terdapat pertemuan dua jenis batuan yang berbeda yakni batuan rijang dan gamping merah pada bagian bawah, dan batuan lava bantal pada bagian atasnya.

Semakin menarik sekaligus dianggap tak lazim, kedua jenis batuan tersebut membentang secara tegak dalam formasi mendatar sepanjang puluhan meter dan membentuk batuan yang menyerupai pagelaran wayang dengan seperangkat gamelan di atasnya.

Tak berhenti sampai di situ, Watu Kelir juga hidup dengan cerita mitos sekaligus mistis di mana warga setempat percaya jika kerap terdengar suara gamelan dari batuan tersebut. Bahkan, ada yang meyakini jika Watu Kelir merupakan batas antara dunia fana dengan alam gaib.

Waduk Sempor

Sesuai namanya, Waduk Sempor menawarkan lanskap hamparan air beriak kecil dalam sebuah wadah alam buatan berupa waduk, yang pembuatan awalnya pada tahun 1958 difungsikan sebagai sarana irigasi teknis.

Namun di samping itu, Waduk Sempor menyimpan potensi keindahan wisata yang besar lantaran diapit oleh bukit-bukit dan rimbunnya pepohonan pinus yang ada. Kondisi itu pula yang membuat Waduk Sempor memiliki udara yang sejuk walau berada pada wilayah yang dekat dengan pantai.

Meski memiliki keindahan, ada sisi kelam dari Waduk Sempor di mana pada tahun 1967, terjadi tragedi yang menewaskan sebanyak 127 korban jiwa akibat jebolnya bendungan pembantu yang ada di dekat area tersebut. Penyebab utama jebolnya bendungan pembantu adalah karena struktur waduk hanya dibuat dari urugan tanah.

Dari peristiwa tersebut, kini di Waduk Sempor terdapat monumen untuk mengenang para pekerja dan warga yang menjadi korban.

Puncak Wagir Sambeng

Objek satu ini merupakan salah satu tempat yang tepat dikunjungi bagi Anda yang memang ingin mempelajari tentang bentang alam, atau bagaimana geomorfologi dapat diamati secara langsung.

Puncak bukit Wagir Sambeng berada pada ketinggian 157 meter, dan muncul sebagai hasil dari tenaga endogen dan eksogen sehingga membentuk geomorfologi yang unik. Di bukit ini terdapat batuan rijang (chert) dan gamping merah yang diperkirakan berusia 60-80 juta tahun.

Pada objek satu ini juga terdapat batuan yang jadi salah satu bukti kuat bahwa Geopark Karangsambung memang berasal dari Samudra, yakni dengan adanya fosil radiolaria yang menempel pada permukaan batuan, dan diketahui memang hanya berasal dari lantai samudra.